9/24/11

CERITA RAKYAT DARI TAPANULI UTARA

Pada jaman dulu ada satu keluarga di daerah tapanuli utar, tepatnyadi desa tarutung, keluarga itu sangatlah sederhana kehidupannya keluarga itu hidup dari bertani, pasangan suami istri tersebut telah berkeluarga kurang dari 15 tahun, sebelum di karuniai anak memasuki tahun ke 18 usia pernikahan mereka,  istri bapak itu telah menunjukkan tanda- tanda kehamilannya, alangkah bahagianya pasangan tersebut akan di karuniai seorang anak.
Memasuki tahun usia kandungan ibu 9 bulan akan melahirkan seorang anak laki-laki pasangan suami istri tersebut bahagia, karena kehadiran anak laki-laki di tengah-tengah keluarga, kemudian oleh si ayah anak itu di beri nama Sampuraga.
Di usianya yang dewasa Sampuraga hidup dalam kemiskinan karena bapak dan ibunya seorang petani, si Sampuraga berfikir ia akan merantau untuk mengubah nasib hidupnya dan kedua orang tuanya lalu sampuraga pamit untuk pergi ke merantau ketempat yang jauh.
Setelah beberapa tahun lamanya ia merantau meninggalkan kampung halamannya dan di perantauan ia mendapat pekerjaan sebagai pedagang, lama kelamaan hasil pekerjaan berdagangannya menjadi besar dan berkembang pesat, dan ia pun menjadi kaya raya kemudian sampuraga  berkeinginan pendamping hidup seorang istri, lalu sampuraga menikah dengan istri yang kaya raya, setelah beberapa tahun pernikahannya Sampuraga di karuniai seorang anak laki-laki dan perempuan kehebatan Sampuraga yang kaya raya terdengar kabar dari orang tuanya di kampungnya.
Lalu orang tuanya keinginan agar ke kempung Sampuraga untuk menjumpai sampuraga di perantauan, lalu jumpalah sampuraga bersam orang tuanya yang telah rentah dan miskin, kemudian orang tuanya memeluk sampauraga lalu sampuraga terkejut dan berkata. Siapa kau orang tua miskin dan rentah memeluk saya di depan istri saya ini, Lalu terkejutlah kedua orang tua sampuraga atas kesombongan Sampuraga mengusir orang tuanya kemudian Sampuraga berkata: Aku tidak memiliki orang tua seperti engkau, sehingga kedua orang tuanya Sampuraga menangis atas kesombongan Sampuraga lalu tanpa di sadari datanglah angin kencang bersamaan dengan hujan dan gemuruh petir yang cukup kuat yang berulang-ulang lalu menyambar Sampuraga, kemudian Sampuraga jatuh dan mati terbakar kemudian jadi Batu lalu orang tua Sampuraga menangis- namgis anaknya yang menjadi batu, Demikianlah hukuman dari tuhan yang Maha Esa, kepada anak durhaka yang tidak mengakui Bapak Ibunya karena ia menjadi orang kaya raya itulah cerita rakyat dari Tapanuli Utara.

No comments:

Post a Comment