9/24/11

GURUKU GURUMU

Pepatah mengatakan guru itu harus di gugu dan ditiru. Yang di gugu adalah ucapannya dan yang ditiru adalah sikap dan perbuatannya. Hingga saat ini pepatah kata itu masih banyak kita dengar dimana-mana. sehingga penghormatan dari masyarakat kepada profesi guru pun hingga saat ini masih dirasakan. Terlebih lagi bagi guru yang mengabdi di pedesaan seperti saya. penghormatan/pengharggaan kepada guru dirasa masih sangat tinggi. Di dalam setiap even apapun yang diselenggarakan ditingkat desa/kecamatan, pasti bapak dan ibu guru yang pertamakali dilibatkan karena dianggap paling tahu, paling bisa, dan paling menguasai publik.
Namun harus disadari, bahwa guru juga manusia. Selain kelebihan yang dimiliki, guru juga punya banyak keterbatasan dan kekurangan. Di media cetak dan elekronik banyak kita lihat/ kita baca beberapa contoh kasus guru yang terjerumus dalam tindak kriminal dan asusila. sehingga sikap dan perilaku guru yang demikian itu bukan sikap dan perilaku yang patas untuk digugu dan ditiru.
Ada dua kepribadian guru :
1. Guru Berkepribadian Negatif
Adalah guru yang berfikir, bergerak, dan hidup dalam atmosfer keraguan, ketakutan, kemiskinan, dan kesehatan yang buruk.
Ekspektasi guru yang berkepribadian negatif adalah kegagalan, kekecewaan, berkubang dalam  penyesalan, kemiskinan, keserakahan, prasangka buruk, ketakutan, keraguan, dan penyakit fisik.
Guru yang berkepribadian negatif seperti tersebut diatas, jangankan memotivasi anak muridnya untuk maju dan berkembang, untuk memotivasi dirinya sendiri saja sudah susah. Segala persoalan yang hadir dalam hidupnya senantiasa ditanggapi dengan prasangka buruk. Ketakutan dan keraguan yang ada dalam dirinya membuatnya jadi tidak kreatif mencari solusi pemecahan masalah. Meratapi terus menerus nasibnya yang malang sebagai guru dengan gaji yang pas-pasan menjadikan penyakit jadi gampang singgah.
2. Guru Berkepribadian Positif
Adalah guru yang berfikir, bergerak, dan hidup dalam suasana yang dinamis, optimis, saling menguatkan, kesehatan yang prima, persahabatan, pencapaian pribadi, visi yang kreatif, dan pengabdian kepada orang lain.
Guru yang demikian inilah yang patut di gugu dan di tiru. Karena hanya guru yang berkepribadian pisitif yang akan menularkan energi positif kepada anak muridnya. Guru yang pandai menciptakan suasana dinamis yang akan membuat muridnya ga cepat boring berada di sekolah. Guru yang terus up to date mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta informasi, sehingga apa yang disampaikan di dalam kelas senantiasa berkesan untuk anak muridnya dan merangsang kreatifitas dan imajinasi anak.
Kepribadian guru yang saling menguatkan kepada murid maupun ke sesama guru, kepala sekolah dan staekholders adalah penting agar dapat saling sharing dan growing together. Dengan sikapnya yang bersahabat dan pengabdiannya yang tulus kepada orang lain, niscaya guru yang sedemikian itu akan mendapatkan pencapaian pribadi yang tinggi dan dianugrahi kesehatan yang prima!!
 PRIBADI GURU.
Adalah sangat penting seorang guru memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Memang, kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui atasannya saja.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.
Kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru. Kini, nama baik guru sedang berada pada posisi yang tidak menguntungkan, terperosok jatuh. Para guru harus mencari jalan keluar atau solusi bagaimana cara meningkatnya kembali sehingga guru menjadi semakin wibawa, dan terasa sangat dibutuhkan anak didik dan masyarakat luas. Jangan sebaliknya.
Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar.
Guru yang demikian niscaya akan selalu memberikan pengarahan kepada anak didiknya untuk berjiwa baik juga. Hampir sulit ditemukan munculnya guru yang memiliki keinginan buruk terhadap muridnya. Dalam menggerakkan murid, guru juga dianggap sebagai partner yang siap melayani, membimbing dan mengarahkan murid, bukan sebaliknya justru menjerumuskannya. Djamarah dalam bukunya “ Guru dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif” menggambarkan bahwa : Guru adalah pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan, makhluk serba biasa, atau dengan julukan yang lain seperti artis, kawan, warga Negara yang baik, pembangun manusia, pioneer, terpercaya, dan sebagainya”.
Lebih lanjut Djamarah mengisahkan bahwa guru memiliki atribut yang lengkap dengan kebaikan, ia adalah uswatun hasanah walau tidak sesempurna Rasul. Betapa hebat profesi guru, dan tidak dapat ditemukan dalam berbagai profesi lainnya. Karenanya berbagai bentuk pengabdian ini hendaknya dilanjutkan dengan penuh keikhlasan, dengan motivasi kerja untuk membina jiwa dan watak anak didik, bukan sekedar untuk mencari uang.
Kemuliaan hati seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru secara nyata dapat berbagi dengan anak didiknya. Guru tidak akan merasa lelah dan tidak mungkin mengembangkan sifat iri hati, munafik, suka menggunjing, menyuap, malas, marah-marah dan berlaku kasar terhadap orang lain, apalagi terhadap anak didiknya.
Guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut

No comments:

Post a Comment